Thursday, April 05, 2007

lagi? kok bisa?

mohon maaf ya, postingan gue kali ini rada emosi, ya marah, ya BT, ya nyolot, dan yang pasti sedih, sampai berair mata ini.
mungkin udah baca di media cetak/virtual/audio visual, kampus yang-katanya-mencetak-calon pemimpin-bangsa-yang-kena-krisis-multi-dimensi-ini bikin heboh
LAGI! LAGI!LAGI!
entah bodoh entah pandir kita ini! (ok, gue emosi, kalian yang baca ini bukan salah satu yang pandir nan bodoh).
Kok bisa kejadian yang sama terulang kembali?
Hilangnya nyawa seseorang bukannya harga yang sangat mahal untuk pembelajaran?
Cliff Muntu, pemuda asal Pahlawan Nasional Sam ratulangi kembali kerumah orang tuanya dengan keadaan kaku... tinggal masuk liang lahat.
Ya Rabbii, kok ada lagi siy.
Gue masih inget nonton CAKRAWALA di ANTV, gimana ayah Wahyu Hidayat menenangkan istrinya yang gue rasa hilang separuh nyawanya, melihat anaknya tinggal jasad.
Entah gimana kelanjutan peristiwa ini, seingat gue pihak SCTV sempat mendapat lalu menyiarkan video tentang kekerasan yang berlangsung disana. Langsung jadi pembicaraan hangat, then menguap!

Huah, tahun 1999, pertama kali gue lewat kampus yang entah tahun kapan (gue ngga peduli, penting emangnya tau?) berganti dari STPDN menjadi IPDN , kayaknya ini kampus asri di daerah pinggiran jatinangor sana.
The news I heard 4 years latter proof me wrong.
Udah ada tindak skorsing (ato pemecatan mungkin) buat 5 tersangka kasus ini.

Mudah-mudah bener-benar diproses, setidaknya gue (masih) berharap hukum di negeri ini somehow masih ada yang mau menegakkan.

dan buat kalian executor Cliff Muntu (terserah siapa kalian, dari propinsi mana kalian), mudah-mudahan 40 tahun lagi kalian tidak merasakan ya...

"bagaimana dengan air mata, keringat dah darah kalian didik dan besarkan anak-anak kalian...
pergi shubuh pulang larut malam kalian rela,
di saat usia senja kalian, badan kalian sudah letih, tapi bahagia,
anak-anak kalian sebentar lagi mandiri, kerja mencari nafkah dan mungkin kemudian menikah...
menghadirkan canda dan tawa cucu-cucu kalian
tapi, sebelum angan-angan indah itu terwujud,
anak kalian pulang ke rumah denga tubuh yang kaku,
wajah yang biru
di ekesekusi teman-temannya sendiri...
oh, percayalah,
ketika anakku demam saja tak henti aku memohon kesembuhannya...
untuk membayangkan bahwa aku tidak bisa bertemu anak-anakku lagi saja aku sudah tak mau,
apalagi merasakannya...
Sungguh, percayalah padaku"

PS : untuk bapak yang saya pilih ketika kezia berusia 5 bulan, tolong minta para asisten bapak, seriuslah menangani kasus dari institusi ini, ya Pak?

1 comment:

Anonymous said...

memang sekolah bajingan tuh, bu!!!!!