Wednesday, January 23, 2008

"mungkin aku jadi kuli bangunan yang bangun rumahmu"

Di penghujung tahun 2000, saya pernah terdampar di hutan Riau, disitu saya kenal Fanny, si betawi merantau itu dan puluhan teman lain (hampir) dari seluruh Indonesia.
Setelah kembali dari sana sekitar 2-3 tahun kemudian, saya loose contact dengan hampir semua teman2x disitu. Alasannya, organizer yang berisisi foto2x, alamat dan no telpon teman2x,
termasuk catatan kecil testimoni mereka, (saat itu situs friendster belum ada :D) hilang.


Data pribadi mereka ada di organizer itu, berhubung organizer itu sempat lenyap, lenyaplah personal info teman2x yang saya kenal di Duri.
Ketika orang tua saya pindah dari Puri Indah ke Bintaro,
voila, organizer itu tiba2x muncul :D<"/>
Senangnya...serasa menemukan sebagian dari diri saya di masa lalu
*halah* ;;)

Berdasar nama lengkap mereka, iseng saya mencari teman2x lama saya itu,
melalui situs friendster, karena tampaknya semua orang --- termasuk boss saya yang rada gaptek--- juga ikutan situs itu.
Beberapa pencairan berhasil, sayangnya tidak semua account FS mereka update.
namun setidaknya "bertemulah" saya dengan salah satu dari mereka.

Sebut saja namanya Slamet, seingat saya blio mahasiswa teknik mesin di Unibraw, Malang.
Perjalanannya datang ke Jakarta, untuk mengambil "tiket" terbang ke Duri, Riau
membuat saya tertawa terbahak2x siang itu di MessHall (tempat makan) PT CPI.
Bagaimana tidak, di pertengahan 2000 kali pertama blio bersama 2 rekan lain, tony dan eddy ke Jakarta.
Kenorakan "anak kampung" langsung diceritakan, bagaimana dia foto di tiap jengkal langkah mereka dari Gambir ke Gedung Sarana Jaya belakang Gedung Indosat, berfoto dengan latar belakang MOnas,tanaman2x perdu yang ada disitu termasuk berfoto dengan latar belakang kemacetan Jakarta.
oh lala...macet di Jakarta ternyata menjadikan atraksi yang menarik buat orang dusun :) (begitu Slamet menamai dirinya sendiri).
Mind you, saat itu belum era kamera digital, sehingga saya tertawa geli mengetahui mereka menghabiskan 3 roll film untuk mengabadikan sudut kota Jakarta yang menurut saya tidak menarik.

itu dulu...8 tahun lalu akhirnya saya "bertemu" dengan blio melalui FS,
daN akhirnya bertukar id YM ,
ingat kata2x waktu dia dan saya chatting melalui YM


S: "aku tuh dibawahnya anak kampung"
S: " anak dusun terpencil ky..."
K:
"Sinyal HP nyampe?"
S: "waktu kita di DUri dulu, sambungan telpon aja belum
ada"
S: " di keluargaku, cuma aku dan kakakku yang kuliah"
S: "bapakku
sampai jual semua kambing dan sapinya untuk biaya aku kuliah..."
S: "untung
aku kuliah"
S:" kalau tidak, mungkin aku jadi kuli bangunan yang bangun
rumahmu"
S: “seperti teman lain di dusun”
K:*iseng* potongan loe dah
mirip siy ya..:D

sebuah kalimat yang memang asal saja terketik melalui jari2x. tidak ada maksud untuk menghina.

sempat melihat foto2x dia disitus pertemanan itu,
kerja di anak perusahaan BUMN, setidaknya membuat pundi belio sedikit tebal,
kini mampu membeli rumah walopun sedikit di luar kota,
sampai pulalah anak dusun singosari ke Negara tetangga,
mungkin tugas kantor yang disisipi jalan2x namun setidaknya anak dusun itu punya paspor sekarang. :)
Dulu teman saya sangat norak dan kampungan datang ke Jakarta lewat gambir,
entah kenorakan apa yang blio lakukan ketika menginjakan kaki di KLIA
:)

ada beberapa kenalan saya bernasib serupa, seperti Kardi misalnya.
dan saya selalu mempunyai kebanggaan sendiri mempunyai teman seperti ini,
bagimana keterbatasan --- kata halus dari miskin --- membuat mereka tetap semangat, PD dan tidak minder, ends up keluar dari lingkaran yang itu-itu saja.
Mengingatkan saya untuk tidak cepat keluar kata menyerah ketika sedang gagal dan tentu saja, BERSYUKUR!

No comments: