Hari ini Pak Ngatirin kembali bekerja,
Minggu lalu beliau tidak masuk kantor.
Ayahnya berpulang, dia pun ijin.
Pak Ngatirin, pria paruh baya itu tiap pagi harus datang sebelum jam 7.00 pagi, mencuci gelas karyawan, mengisi gelas tersebut dengan air dan mendistribusikan gelas-gelas tersebut kepada karyawan. Beliau harus menghapal kepemilikan dari gelas-gelas tersebut. Mungkin ada 200 karyawan yang ada di lantai tempat gue bekerja ini, berarti minimal 200 gelas yang dia hapalkan siapa pemiliknya.
Agak siang sedikit, beliau harus mengantar dokumen, form transaksi keuangan, dll. Semua tanpa komplain berarti dari karyawan.
Pada saat matahari ingin beristirahat pun, beliau harus mengedarkan form makan lembur dan keluar kantor untuk berbelanjan keinginan perut karyawan yang lembur.
Mungkin beliau baru pulang ke rumah jam 9 malam, sesudah shubuh pun harus meluncur kembali dengan sepeda motor tuanya ke Sudirman.
Dan seminggu yang lalu beliau tidak ada…
Para karyawan harus mencari gelas-nya ditumpukan gelas-gelas kotor.
Para karyawan harus mencuci termos dan gelasnya masing-masing.
Para karyawan harus mengantar sendiri dokumen yang ingin dikirim ke mailing room, mengantar sendiri form transaksi keuangan ke bagian pembukuan dan belanja makan lemburnya sendiri.
Para karyawan berjumlah 200 orang tersebut kelimpungan, kasak-kusuk, pekerjaannya sedikit terhambat.
Yah, sering kita meremehkan kerja seorang Ngatirin dan Ngatirin2x lain dikantor manapun. Adakah ucapan “Trima Kasih” kita lontarkan ketika gelas tersebut telah tiba di meja?
No comments:
Post a Comment