Kamis, 1 februari
Sebelum jam 12 siang, baby sitter
anak2x nelfon, katanya rumah masuk air. Pikir gue, mungkin kamar belakang (yang memang letaknya lebih rendah dari rumah ini, sekaligus lebih rendah dari jalanan) suka kemasukkan air jikalau hujan lebat.
Tapi ketika menelfon lagi, meminta para assisten untuk mematikan steker listrik, tersirat nada cemas mereka.
This must be serious,then. Gue memutuskan untung pulang.
Dapat taxi, alhamdulilah jalanan lancar, but wait, ketika taxi sudah sampai McD sektor 9, air sungai meluap sampai jalanan! Ooo, tapi gue masih relax.
foto diambil dari taxi
Taxi tidak dapat belok ke kanan, ke arah Graha Taman – British School, terpakasa jalan terus melewati sekolah Aulia. Dan berikutnya, taxi yang kutumpangi tidak berani melewati, gara2xnya dipertigaan antara sektor 9 dan Jl. Raya Jombang sudah bebentuk lautan. Tadinya gue mau nekat jalan menerobos, tapi beberapa warga bilang jangan karena takut keseret arus. Seorang warga menawarkan motornya untuk disewa, memutar lewat jalan tikus.
Akhirnya sampai ke komplek Vila Bintaro Regency, tapi lewat blok H, bukan gerbang utama.
Di blok H tidak banjir, gue tenang, tapi ketenangan gue hanya berlangsung 2 detik. Tak lama terlihat pemandangan yang tidak pernah terpikir sebelumnya,
Bulevar komplek ini layaknya seperti sungai, sampat sebetis gue. Belum derasnya air, layaknya sungai.
Beberapa warga melarang gue ke blok A, karena disana sampai airnya setinggi dada.
What the heck! Kedua harta saya yang berharga masih dirumah itu.
“tapi mereka sama pembantu, kan mbak?”
“ F%^* you(maaf), insting pembantu kan beda sama insting ibu!”
foto depan ruko
gue nekat jalan melewat ‘sungai’ itu, tak lama ada tetangga belakang rumah, kami berdua berjalan bergandengan tangan agar dapat melawan arus. Waktu tempuh normal 10 menit dari bundaran komplek sampai ke Mesjid komplek menjadi lebih dari setengah jam.
Sampai di mesjid banyak ibu2x dan anak2x yang menyelamatkan diri. Setelah menitip HP dan dompet kepada seorang tetangga, gue nekat melawati kolam coklat itu yang hampir sedada gue.
Dengan susah payah, sampailah di rumah, gerbang masih terkunci, babysitter anak2x gue panggil, dua orang tetangga membantu gue mengevakuasi anak2x. Kezia mereka gendong diatas bahu, sementara kevin gue gendong, tujuan kami mesjid.
Gue terpaku sejenak melihat pemandangan ini, ada dan tiada hanya setipis nukleon.
Disini gue baru bisa tersenyum lagi, terserahlah isi rumah habis, yang penting anak2x selamat. Beberapa warga kembali kerumah mereka untuk menyelamatkan barang2x, gue pasrah aja. Percuma, tenaga ini sudah letih.
Alhamdulilah, kedua bs anak2x cukup tanggap, mereka menyelamatkan baju anak2x , susu, bubur dan diapersnya.
Hujan tidak deras hari itu, tapi debit air yang melewat sungai kecil didekat komplek ini sangat tinggi, kiriman dari bogor, hingga tanggul yang jaraknya 20 meter dari rumah kami jebol. Air masuk lewat saluran air, tak lama setelah menelfon gue, air saat itu masih semata kaki, kezia dan kevin diselamatkan dilantai 2, kamar assisten rumah. Satu orang lagi mengambil makanan mereka, baju dan susu.
Tak lama mereka berdua turun lagi untuk menyelamatkan barang2x yang masih dapat diselamatkan, katanya air telah mencapai pangkal paha, mereka pasrah dan naik kembali.
foto dari aula mesjid
Jam 4 air mulai surut, oh ya, saat itu hendri sedang ke kantor disini untuk melapor sehingga (alhamdulilah) mobil aman, doi sampai rumah jam 4-an. Gue melihat kondisi rumah, sekaligus berharap mendapatkan baju kering.
Rumah porak poranda, kulkas besar 2 pintu kami saja berenang2x di kamar belakang, ah sudahlah…
Anak2x gue titipkan di rumah sepupu, masih dikomplek yang sama, dekat dengan pintu gerbang (dari gerbang ke arah bulevar, jalannya menurun, sehingga rumah sepupu gue cukup tinggi). Mereka akan dijemput ortu gue
Jam setengah 6 gue kerumah, berniat untuk menyelamatkan surat-surat penting. Rumah b erantakan, tapi barang2x masih berada di ruang masing-masing, hanya berserakan. Rumah sedang dibersihkan oleh hendri, dibantu adik iparnya. Gue kembali ke rumah sepupu gue.
foto rumah dari pintu samping
Jam 7 hujan deras lagi, air naik lagi, ternyata malam itu air naik sampai sedada, lebih tinggi dari siang hari. Saat inilah barang kami yang hilang, karena semua pintu dalam keadaan terbuka, termasuk pintu pagar…
Jumat, 2 februari
Hendir stayed at our home, gue tidur dirumah sepupu, hujan belum juga reda.
Jam 12-an gue baru kerumah lagi air sudah surut sampai lutut gue, membantu hendri mengangkat beberapa barang ke gudang lantai 2. barang2x y7ang tekena lumpur (terpaksa) dibersihkan dengan air tergenang itu.
Gue foto2x ini keadaan rumah, buat kenang2xan sekaligus berharap rumah ini gue asuransi-in plus isinya. Lupa juga dulu ngisi asuransinya apa.
Sabtu, 3 februari
Hendri harus ke singapur selama 3 hari utnuk kalibrasi alat, agak reluctant siy sebenarnya, rumah lagi porak poranda gitu.
Ya sud lah, gue bisa bilang apa. Paling jalan2x komplek liat rumah2x lain.
Blok gue masih kerendam, sementara blok lain di jalanan airnya sudah surut. Mereka udah pada bisa bersih2x. Karena jalanan udah kering, gue ke Alfa beli ember, karbol, sabun cuci, kain pel dan lain-lain.
Minggu, 4 februari
Air benar2x udah surut, gue ke rumah untuk bersih lumpur.
Bingung mau mulai dari mana, sini salah sana lebih salah lagi. Sempet chit chat aja ama tetangga2x yang juga pusing mau mulai dari mana.
Memang ngga ada air bersih, bersih2xnya pake air comberan dan air di kolam. Ngga lama tetangga2x pada datang bantuin gue bersih2x. Alhamdulilah, blok ini memang kompak siy warganya. Ngangkutin sofa aja diabntuin mobil salah satu warga juga. Sore2x udah putih tuh lantai, ngga kinclong tentunya, Cuma ngga berlumpur aja.
Senin, 5 feb
Rumah adek gue dah bersih plus listrik sudah hidup. gue angkutin baju2x basah kemaren kesana untuk dicuci plus beberapa peralatan makan. Kekar juga nih tangan nyuci 5 ember besar. Buat ngilangin lumpurnya dulu, ngebilasnya siy mau numpang nyuci pake mesin dirumah nyokap.
Selasa, 6 Feb
Hujan turun dari tengah malam, air naik lagi sampai sebetis. Oh MG, frustasi banget dengernya…keknya sia2x banger bersih2x kemaren.
Rabu-Minggu
Sempet di hotel 2 hari karena di rumah nyokap mati lampu 3 hari, repot aja ngga ada air sementara punya 2 babies. Sisanya bersih-bersih. Beberapa pihak jelas diuntungkan dari kejadian dasyat ini,
Pak Sitam teknisi klangganan kami mengeluh sepinya order 2 minggu yang lalu, kemaren pas ditelfon sudah full booked, para pemulung yang kelimpahan banyak majalah2x bekas, besi2x ngga terpakai, dll, para penduduk dari ‘kampung’ yang dapat order buat bantu2x nyuci, mereka diupah Rp 35 ribu sehari.
tukang loak panen
Untung rumah tempat tinggal gw bukan kedua tempat diatas, ngebayangin buka lemari ketemu bangkai kecoak aja bikin gue panik, apalagi bencana 26 Desember 2004 itu ya? buka ini ngebalik itu yang ditemukan dead body.
Senin, 12 februari
Masuk kantor lagi. Rencana nelfon bagian HR, karena rumah ini ngutang dari kantor. Asuransi juga diurus dari kantor, nyari kemungkinan komputer yang rusak plus elektronik lain maupun barang-barang yang lain dapat diganti dengan asuransi tsb,dan ternyata...
Mas Budi Permana yang dengan baiknya mengurus pinjaman gue dua tahun lalu dan pinjaman komputer 5 bulan lalu, dipanggil Sang Khalik karena kecelakaan motor, Jumat Malam sepulang kerja. Innalilahi wa Innalilahi rojiun, semoga diterima amal ibadah almarhum. Amin