Jam 10.30 WITA, mendaratlah GA 530 di Bandara Syamsudin Noor.
Berhubung ini pertama kali saya menginjakan kaki di pulau ini, rasanya perlu diabadikan *narsis akut*
tetep dengan stelan merah walopun beda komposisi.
setelah mengisi perut di satu rumah makan kecil, we headed north.
Sepanjang perjalanan melewati kota banjarbaru dan martapura, apabila melihat pom bensin
maka pemandangan yang ada adalah antrian dump truck pengangkut batubara yang tidak dapat beroperasi karena :
Kali ini sebuah perusahaan tambang batu bara di propose oleh business unit tempat saya bekerja. Rasanya, belum pernah kami membiayai industri sejenis langsung kepada pemilik konsesi, makanya saya "diundang" untuk melihat langsung. good, learning a new thing, quite an ectassy for me.
Dengan mobil 4WD, khas mobil untuk daerah pertambangan, 2 jam kemudian sampailah kami dilokasi pertambangan di Kab Rantau.
So there I was, for the first time in my life I saw :
(alat ini menghancurkan batu bara dari diameter 25 cm menjadi 5 cm)
dan ternyata pertambangan ini awalnya dimulai dari atas sana,
sampai saat ini dibawah sana,
hmm...berapa ya tingginya...kiloan meter lah yang jelas.
Heavy quipment itu saja tampak seperti mainan, padahal diameter rodanya lebih tinggi dari saya.
kemudian kami ke site yang lain. Kalau tadi melihat dari kejauhan, sekarnag dimana kita berada didasar pertambangan itu sendiri
mengetahui pertambangan butuh studi eksplorasi yang akurat dengan biaya yang tidak sedikit, walaupun sebagian besar pertambangan di negeri ini menggunakan metode open pit (pertambangan terbuka, setelah eksplorasi cuma butuh min. excavator+ dump truck),
maka saya iseng bertanya kepada nasabah dimana posisi seorang Aman Jagau *ternyata....disensor*
eniwei, setelah dieksploitasi, pemilik konsesi wajib mereklamasi kembali daerah tambang yang bolong kemudian ditanam pepohonan.
mengunjungi 2 pit lain dan sebuah crushing plant lain, kami kembali ke Banjarmasin, diatas jam 3 sore Pem Kot banjarmasin menginjinkan truk2x pengakut batu bara masuk kota, maka apabila kami terlambat, yang ada terjebak macet.
Ah sayang, kota martapura terlewat begitu saja tanpa singgah (tentu aja berarti tanpa melihat batu2x indah untuk perhiasan dan kain sasirangan)
*pergi sama brondong mana kepikiran sama kain daerah dan sungkan juga siy minta mampir*
Sampai di Rattan Inn jam 7 malam, saya melihat gambar pasar terapung dari situ timbul niatan untuk ke tempat ini esok pagi dan menyewa taxi hotel. Kapan lagi
ternyata, lantai kamar saya sama dengan Novus Spa, fasilitas Spa dari hotel tersebut, iseng bertanya harga paket karena ingin dipijat akibat lelah, quite resonable price for me, sekembali makan malam saya pun ber-spa ria.
dipijat dan dilulur, sedap!relaksasi yang menyenangkan.
Jam 5.15 WITA, masih ngantuk berats karena Spa kemaren baru selesai jam 11, berangkatlah ke sungai barito.
Ahirnya ngga jadi naik taxi hotel, dipinjamkan mobil nasabah tadi. Untungnya Johnson mau ikut juga, si oriental brondong ini juga tidak mau melewatkan fajar di sungai barito. Good, I got accompany!
Sebuah sampan bermotor kami sewa, konon kabarnya sebenarnya harga sewa cuma Rp 50 ribu, mungkin karena keliatan kita bertampang turis lokal *ya eyalah, bawa2x kamera gitu* jadinya 70 ribu, padahal sudah ditawar pak Yusuf , ya sudahlah, harga solar besok juga naik.
bermulai dari sungai yang tak begitu lebar, 5 menit kemudian bermuara di sungai Barito,
Jaw Dropping for me seeing the sight, saya tidak pernah menyangka sungai barito seluas ini!wow!
memang tidak lama disini, hanya sekitar 1,5 jam. Kami juga tidak sempat ke pulau kembang di seberang yang habitatnya monyet
setelah makan pagi, kembali mengunjungi sebuah crushing plant yang mempunyai dermaga.
Tongkang telah berisi 8.000 ton batubara dan akan segera diberangkatkan ke negara seberang, karena ingin melihat tongkang di atas kaki saya (excavator itu berada diatas tongkang )"terperosok".
Ketika membuka sepatu di kantor,
argggghhhh sia-sia spa tadi malam....kaki dan sepatu saya hitam oleh debu batubara.
Setelah berdiskusi, saya dan johnson berpamitan kepada nasabah, kami terbang ke Jakarta lebih dulu.
sempat melintasi sebuah kantor camat yang penuh oleh masyarakat ---yah taulah mengapa mereka disana.
ironis...cadangan batubara terukur di propinsi ini masih 2,428 milyar ton dengan harga jual USD 113/ton. Pajak ekspor juga cukup besar, 13% dari total penjualan.
Sampai di airport saya melihat counter kain saisrang, dibeli sajalah :P, ya harganya memang sedikit lebih mahal (katanya salesnya siy-"cuma" 20 ribuan lebih mahal untuk kain yang saya beli) dan pilihannya tidak banyak.
Quickpost this image to Myspace, Digg, Facebook, and others!
Jadwal pemerbangan masih 1,5 jam lagi, ngaso2x di Blue Sky Lounge.
Mengetahui kami belum check ini, maka pihak lounge menawarkan untuk membantu urusan check in, bagasi dan pembayaran airport tax...kami tinggal duduk manis saja di lounge sembari ngopi dan makan pisang goreng. Life is good! :P
dan ternyata tidak sampai situ, kita tidak perlu ke ruang tunggudi lantai 2 bandara ini, ada jalur tersendiri untuk langsung ke pesawat setelah ada pengumuman boarding...
dan cihuynya lagi neh,
sejak Adam Air diberhentikan, otomatis armada ke kota ini berkurang, mengakibatkan pesawat sering penuh, maka...
di pernerbangan GA 533 ini kami duduk di executive class *evil grin*
kami tertawa geli saja, melihat mayoritas penumpang kelasi ini pejabat look-alike, sedangkan kami "kefret-kefret dengan kaos,jeans dan sepatu kets yang hitam we were "gembel" who just lucky sitting in the front seat