hihihi...padahal kalo ngga ada duit pusing juga kepala gue.
pasti udah pada tau kasus PT Wahana Bersama Global yang (katanya) "menghilangkan" uang nasabahnya, tak tanggung, volumenya sampai trilyun-an.
Majakah Tempo beberapa minggu lalu pun mengangkat berita ini, dan gue cukup terkesima dengan orang-orang yang duitnya raib.
Kalo tidak salah, ada bapak Agung Laksono, ketua DPR, ayah dari anggota DPR Angelina Sondakh, dan beberapa artis, kalo ngga salah siy ada nama Sandy Harun.
dan uang yang mereka invest luar bisa besarnya, lebih dari puluhan milyar.
Hmmm...rejeki mereka (yang punya saving puluhan miliar rupiah itu...)diatur lewat mana yaaaa , sampai segitu besar savingnya (kalo saving gede, income lebih gede lagi donk...)
Dan korban ternyata berdatangan dari mana saja, ada yang mengumpulkan uang dengan susah payah untuk anak-anaknya sekolah, buat beli tempat tinggal...*sorry for them*
eniwei, uang saat ini bukan saja alat tukar uang, ambruknya Rupiah pada tahun 1997 membuktikan bahwa uang saat ini menjadi komoditas, sama seperti coklat, timah dan CPO. (eits, ini siy sok taunya gue, cmiiw).
Cerita PT wahana yang di-klim money game/ lembaga keuangan fiktif, dll membutuhkan modal cukup besar.
Gimana money game, yang membutuhkan modal relatif sedikit. Pernah juga dapat selebaran yang menggunakan ATM BCA sebagai media, untuk orang ke -empat mentransfer kepada ketiga orang diatasnya, ato orang keempat mengirim rp 10.000 kepada orang no 1, lalu nama dia naik keatas, dia harus menyebarkan ke sepuluh orang lagi. Ada ngga ya orang yang dapat ratusan juta seperti ilustrasi itu? siapa yang ngga tergiur denagn modal rp 100.000 bisa dapat jutaan bahkan ratusan juta.
sama seperti cerita wahana ini , siapa yang tidak tergiur dengan hasil investasi yang bisa lebih dari 20% per tahun (berarti hampir 2 kalinya Deposito rate Rupiah --- belum potong pajak). Mungkin bisa,kalo investasi itu di'cemplungkan' langsung - tanpa lembaga penghimpun keuangan- ke sektor riil, seperti beli lahan kelapa sawit yang sebelahan ama Pabrik Kelapa sawit-nya *soktaulagi*
Besar "pesona" selembar kertas bernama uang itu memang luar biasa, bisa bikin gue (ah, mungkin bloggers mommi juga gitu kan *nuduh*) uring-uringan di tanggal 20-an..., BT juga jumlah yang harus dikeluarkan atas denda yang dikenakan si asuransi itu (tetuep...), bisa bikin orang berantem bahkan melukai, bikin para the haves Indonesia berpikiran tidak sejernih biasanya...
Setelah membaca artikel itu, gue dan Paulin rekan sebelah meja gue ketawa-tawa nyegir kuda:
"baru kali ini gue seneng hidup pas-pasan...kalo gue kaya, mungkin udah jadi korban juga"
dan bisakah uang itu tidak 'semempesona' saat ini lagi?
tulisan mas satriyo dari ulasan Lawan Dolar dengan Dinar mungkin dapat disimak.
No comments:
Post a Comment