Sunday, March 05, 2006

Wina's story

Back in late 80-s, when I still in my elemantry school years, I took an english course not far away from my parents’ house. There, I made a new friend, she was Wina.
We went to different school, tapi ada temen SD-nya wina, tetangga gue,(actually, Santi, was one of my best buddies for the last,hmmm 21 years???)
jadi kalo ngomong ama Wina, agak2x nyambung aja gitu
Pas lulus SD, gue berhenti dari les itu. Soalnya, papa gue ditugaskan di Dallas. Waktu disana, gue pernah nelp Wina (and it cost USD 300 for our phone bill that month sorry dad )

Tapi bas balik ke Indo setahun kemudian, gue lost contact ama dia.
sampai pas SMA, dimana saat itu hampir (hampir lho…gue Cuma hiperbola aja niy…), seluruh anak SMA di Jakarta (inget : hampir, jadi ngga semua tentunya…) ikutan les Inggris di Yayasan LIA. WE met again! we went to different school though, tapi jaman dulu, kan pake rayon
SMA kami satu rayon, jadi temen2x SMP gue banyak lah yang 1 sekolah sama dia.Waktu kuliah, we went to the same college, tapi dia ambil arsitek.

Actually, we weren’t closed friend, I didn’t know when her birthday is,dan seinget gue, kita ngga pernah jalan bareng. Tapi wina, tipe orang yang all in sudden menelfon loe,biar udah rada malam gitu. just to say hello. untuk sekedar menautkan kembali silaturahmi yang mulai kendor. That’s her.

Seperti suati ketika di pertengahan 2002, hampir jam 10 malam dia menelfon. She was getting married, and invited me. Dengan senang hati pun, gue datang. Abis itu, dia ikut suaminya ke Lombok. we Lost contact again.

Sampai +/- 1 tahun kemudian, dia mengabari gue kalo sudah ada baby Erfan ditengah keluarga kecil mereka.Dia melahirkan di Jakarta, tapi gue dan shanti ngga sempat visit baby-nya gitu…setelah itu dia balik ke Lombok, and again, I lost her number.

till yesterday, dah malam2x gitu (like ussual) she called me again. This time, with a surpirise news. She just lost her husband months ago, he was sick. Leaving Erfan, daddy-less. Poor her, poor Erfan.

Butuh beberapa waktu buat Wina untuk mengontak teman2xnya lagi, tanpa air mata bercucuran tentunya. Walaupun +/- 3 tahun menikah, pastilah banyak precious moments yang mereka lalui, mewujudkan mimpi2x mereka, membesarkan Erfan, and many more…

Cerita wina kembali mengingatkan gue, untuk menghargai setiap detik, menit,jam,hari,minggu,bulan, tahun yang gue lalui bersama orang-orang yang gue sayangi, my parents,sibblings,my hubby, my babies, my best friends…

Hingga saat sang Khalik menjemput gue (atau orang2x yang gue sayangi), tak ada penyesalan karena telah melewatkan many great moments.

No comments: